Yaps, coba siapa yang ga setuju. Topic Pemilu yang lagi happening banget di Negara kita membuat semua orang latah menjadi pengamat politik. Mau bapak-bapak, ibu-ibu semua yang ada di sini, mau orang kerja, di rumah, di jalan ngerumpinya koalisi partai, capres cawapres dan sejenisnya yg berkaitan dengan politik. Yang jelas yang paling mendapatkan keuntungan dari semua ini tentu saja stasion TV. Kalau pendapat subyektif saya sih, TVone jadi makin exist, selain metro TV yang memang dah dari lama selalu mengangkat Berita sebagai unggulan program TVnya. Yaaah, itu pendapat subyektif looh, soale yang sering ditonton beritanya ya 2 station TV itu. Serunya dalam acara tersebut ada interaktifnya, baik by phone, facebook, YM dan email. Jadi semakin besarlah peluang setiap orang mengemukakan pendapatnya atau bisa dibilang menjadi pengamat politik amatir. Bahkan kadang pendapat2 mereka pun tak kalah dengan pengamat2 politik yang jadi narasumber program TV tersebut.
Btw, Kalau kata orang, di saat2 transisi beginilah rakyat baru bergembira dan bersenang2 dalam kancah perpolitikan-ikut ramai dan heboh bicara politik, setelah itu baru lah rakyat merasakan penderitaan politik. Bagaimana tidak, saat2 seperti ini rakyat dijadikan sebagai topeng untuk segalanya, demi kepentingan rakyat lah, demi kehidupan berbangsa dan bernegara, demi kesejahteraan rakyat, demi kemajuan bersama, demi-demi lainnya. Rakyat dielu2kan, dibela2, diperjuangkan nasibnya. Namun dibalik itu, tetap kepentingan sekelompok kecil dinomor satukan. Bahkan ada istilah politik dagang sapi. Dengan siapapun berkoalisi yang penting tetep exist, bisnis dan usaha teteup aman.
Walaupun begitu, bukan berarti saya apatis dengan proses politik yang sekarang terjadi di Indonesia. Bagaimanapun juga partai adalah sebuah kendaraan politik dan sarana untuk bisa memperbaiki pemerintahan di Indonesia. Dengan terjun langsung ke ranah politik, diharapkan para calon wakil rakyat bisa benar2 jujur dan amanah dalam memperjuangkan nasib rakyat.
Huhuhu klise banget tulisanku, cukup membosankan mungkin.
Kalau diamati siih, topik2 politik yang sering dibahas tuh: capres cawapres, koalisi partai ( dinilai dari kesamaan visi misi, ideology, sudahkah mencapai 20 persen kursi DPR/25 persen suara ?, kontrak politik partai yang berkoalisi. Anehnya yg sekarang agak menggelitik adalah nama cawapres yang ditentukan oleh capresnya sendiri atas mandat dari para anggota partainya. Lah itu kan subyektif banget, kayaknya lebih bijak ya kesepakatan para pimpinan/pejabat2 partai tersebut duooonk. Hallah ra usah dipikir, ngapain ikut pusing.
Tuh kan eyke jadi ikut2an ngamat-amat politik. Tak diragukan lagi pasti saya sangat amatiran dalam hal ini, nilainya nol besar huhuhu.
End.
Btw, Kalau kata orang, di saat2 transisi beginilah rakyat baru bergembira dan bersenang2 dalam kancah perpolitikan-ikut ramai dan heboh bicara politik, setelah itu baru lah rakyat merasakan penderitaan politik. Bagaimana tidak, saat2 seperti ini rakyat dijadikan sebagai topeng untuk segalanya, demi kepentingan rakyat lah, demi kehidupan berbangsa dan bernegara, demi kesejahteraan rakyat, demi kemajuan bersama, demi-demi lainnya. Rakyat dielu2kan, dibela2, diperjuangkan nasibnya. Namun dibalik itu, tetap kepentingan sekelompok kecil dinomor satukan. Bahkan ada istilah politik dagang sapi. Dengan siapapun berkoalisi yang penting tetep exist, bisnis dan usaha teteup aman.
Walaupun begitu, bukan berarti saya apatis dengan proses politik yang sekarang terjadi di Indonesia. Bagaimanapun juga partai adalah sebuah kendaraan politik dan sarana untuk bisa memperbaiki pemerintahan di Indonesia. Dengan terjun langsung ke ranah politik, diharapkan para calon wakil rakyat bisa benar2 jujur dan amanah dalam memperjuangkan nasib rakyat.
Huhuhu klise banget tulisanku, cukup membosankan mungkin.
Kalau diamati siih, topik2 politik yang sering dibahas tuh: capres cawapres, koalisi partai ( dinilai dari kesamaan visi misi, ideology, sudahkah mencapai 20 persen kursi DPR/25 persen suara ?, kontrak politik partai yang berkoalisi. Anehnya yg sekarang agak menggelitik adalah nama cawapres yang ditentukan oleh capresnya sendiri atas mandat dari para anggota partainya. Lah itu kan subyektif banget, kayaknya lebih bijak ya kesepakatan para pimpinan/pejabat2 partai tersebut duooonk. Hallah ra usah dipikir, ngapain ikut pusing.
Tuh kan eyke jadi ikut2an ngamat-amat politik. Tak diragukan lagi pasti saya sangat amatiran dalam hal ini, nilainya nol besar huhuhu.
End.
Post a Comment