"
Mas, saya sudah pertimbangkan jika nanti kita gagal, mungkin saya akan mundur dari Hakim " kata-kata singkat itu terucap kepada saya, tak lama usai bersilaturahmi ke rumah salah seorang mantan Ketua Mahkamah Agung RI. Dengan agak kaget, lalu saya jawab " Jangan mas, institusi kita membutuhkan orang-orang seperti sampean..bayangkan jika orang-2 berintegritas justru keluar dari institusi sepenting ini, apa sampean mau MA dan badan peradilan diiisi orang-orang gak bener ? ". Atas jawaban saya itu, saya lirik ke raut mukanya, matanya tajam menerawang ke depan seolah menyimpan banyak kegundahan.
Gagal yang dimaksud dalam kata-kata dia tersebut adalah jika Presiden ( Pemerintah ) tidak mau memenuhi tuntutan pemenuhan Hak-hak konstitusional Hakim. Sebagaimana "dead line" yang sudah ditentukan oleh para pencetus gerakan, maka tangggal 16 Agustus 2012 adalah special moment yg mendebarkan, akan tetapi sekaligus menjadi beban berat bagi dia. Saat itu saya sangat bisa memahami betapa dia punya beban berat itu. Sebagai pencetus awal gerakan aksi Mogok Sidang, maka semua penjuru mata angin memusatkan perhatian ke dia. Apa yang akan dilakukan seandainya target tanggal 16 Agustus 2012 tidak tercapai saat itu. Dengan sedikit argumentasi yang saya bangun, waktu itu saya berusaha membesarkan hati dan semangat dia, saya katakan bahwa Presiden ( Pemerintah ) pasti akan memenuhi tuntutan kita.
Beberapa bulan kemudian, kenyataan itu hadir..malam hari tanggal 3 Januari 2013 rekening-ku bertambah sesuai dengan rincian besaran gaji dan tunjangan baru. Tak terasa dan seketika ingatanku melayang ke sosok-nya dan perbincangan singkat itu. Ingat bagaimana ketika sebulan sebelum tanggal 9 April 2012 itu, komunikasi saya dengannya begitu intensif hingga kemudian muncul postingan fenomenal Rencana Aksi Mogok Sidang yang dicetuskannya...ingat ketika dia menyampaikan kabar diperiksa KPT/WKPT Banda Aceh..ingat ketika dia mengungkapkan sampai menangis ketika menjelaskan maksud gerakan kepada WKPT-Banda Aceh..ingat ketika dia begitu polos mengajukan interupsi yg keras saat audiensi dgn pimpinan MA dan IKAHI, terngiang-ngiang saat dia disebut sebagai "provokator "..ingat ketika dia "mengambil tanggung jawab" untuk diinterogasi sendirian di ruang Ketum IKAHI di hadapan beberapa Pengurus Pusat IKAHI. Waktu itu saya tanya " Mas, saya jam 1 ada sidang, jadi klu sampai jam 1 kita belum dipanggil masuk, terpaksa sampean menghadap sendiri ya, berani kan ? "..jawabnya singkat " gak apa-apa mas, tenang aja " dan memang kulihat sorot matanya tidak menunjukkan kekhawatiran sedikit pun. Lalu kira-kira jam 2 siang, usai sidang kucari dia di ruang "interogasi " tadi, ternyata dia sudah selesai "diinterogasi".." bagaimana mas ? " tanya saya khawatir..luar biasa jawabannya " Tidak ada apa2 mas, biasa aja ".
Bayangkan, seorang Hakim muda dengan penuh keyakinan dan keberanian memperjuangkan hak-hak banyak orang dengan resiko besar, pada saat di mana berbeda pendapat atau menyampaikan gagasan tentang hal yg baik di lingkup kantornya saja sudah pada takut. Dan ketika resiko itu datang, dia dengan tenang menghadapinya..dia tidak balik badan..dia tidak tiarap menyembunyikan ambisi seperti yang lainnya.
Lalu apa yang membuat dia begitu berani dan yakin akan langkah-langkahnya ? Jawaban yang bisa saya peroleh adalah karena dia merasakan kegelisahan yang luar biasa. Gelisah atas nasib dirinya, gelisah atas nasib teman-temanya para Hakim seluruh Indonesia..gelisah atas carut marut dunia peradilan..dan kegelisahan itu dia wujudkan dengan gagasan2 besar. Dia ajak teman2nya untuk berhimpun dalam gerakan Rindu Hakim Bersih dan Profesional...dan ketika dia dapati kenyataan bahwa persoalan kesejahteraan Hakim adalah salah satu faktor yang membuat carut marut Hakim dan Badan Peradilan, dan ketika Negara abai terhadap itu semua..maka meledak-lah bendungan kesabarannya...dia putuskan untuk berjuang dengan siap segala resiko.
Saya yakin kegelisahan-kegelisahan seperti yang dirasakannya adalah kegelisahan semua Hakim Indonesia..akan tetapi yang berani untuk mengungkap dengan sikap tegas sangat sedikit, dan dia salah satu Hakim muda yang berani melakukannya. Dibalik sikapnya itu, setelah tujuan dipenuhi Pemerintah, maka sebagai ucapan terima kasih kepadanya, maka menurut saya adalah dengan membantu meringankan dan menghilangkan kegelisahan-kegelisahannya selama ini...dengan menjadi Hakim yang Bersih dan Profesional !!!
-------^---------^--------^----------
Tepat 29 Februari 2012 adalah kelahiran Ahza, anak no 3 kami. Tak lama dari peristiwa membahagiakan itu. Di saat Ahza kecil butuh perhatian yang lebih, si abi bolak balik ke Aceh - Jakarta, untuk melakukan konsolidasi, dengan teman se profesi maupun pihak-pihak penting yang terkait. Tak sedikit yang mencemooh, menjudge dia dan kawan2 yg se-misi, dengan sebutan yang tidak kami bayangkan sebelumnya. Namun, dukungan juga banyak mengalir, khususnya dari satker kami di kala itu. Yang menyedihkan, ternyata pimpinan tingkat banding dan pusat tidak merestui. Gerakan ini ibarat sebuah pemberontakan, ilegal, tidak ber-etika, sok pahlawan, terlalu maju padahal pengalaman masih balita etc.
Bahkan, nasehat dari keluarga kami muncul, agar tidak melanjutkan 'gerakan' ini. Mengingat kecintaan kita kepadanya, jangan mau begitu saja dijadikan tumbal, dijadikan korban, walau mungkin tujuan dan misi 'gerakan' ini demi kebaikan bersama. Mungkin itu juga nasehat2 keluarga dari teman2 se-team-nya yang kompak bergerak bersama mewujudkan misi demi peradilan yang agung, bersih dan profesional.
Tahun 2012 sudah lewat ... kesalahpahaman di kala itu, dengan berjalannya waktu mulai terbuka. Beberapa kalangan sudah mulai menghilangkan buruk sangka terhadap para team inti gerakan ini. Tetapi, mungkin masih ada yang berpikiran berbeda dari para petingi-petinggi di sana ... entahlah..
Yang masih teringat di kala itu, di akhir tahun 2012, beberapa waktu setelah hasil TPM keluar, tiba-tiba KPT Banda Aceh pada waktu itu mengubungi by phone si abi. Mengucapkan selamat dan bersyukur atas hasil mutasi tersebut. Karena beliau memperkirakan, mungkin si abi akan dimutasi di daerah papua dan atau jauh dan terpencil. Wow ... padahal saya pribadi seketika menangis melihat hasil TPM di website dikarenakan harapan untuk bisa pindah dekat dengan keluarga di Jawa Tengah. Well.. setidaknya kami ucapkan teriamkasih atas atensi pak KPT.
Sekarang .. tinggal cerita ... seru juga kalo dikenang walo sedikit menyedihkan.
Semoga ke depan, harapan2 kami beserta keluarga bisa segera terealisasi.
Amiin ..