Ina
Berita tertangkapnya salah seorang oknum peradilan yang menjadi headline di media online baru-baru ini, membuat saya mengingat kembali memori saya beberapa tahun silam. Eciee ... saya merupakan type orang yang males ngomongin orang. But, i still kept it on my mind. Rapiii banget disimpen dalam kenangan. Dan pengennya suatu hari bisa menjadi bahan untuk saya menulis sesuatuh. Cukup tahu saja, untuk mengetahui track record orang di masa lalu. Saya yakin manusia bisa berubah, berubah menjadi lebih baik tentunya.

Pengalaman bekerja di dunia peradilan selama 10 tahun lebih -walaupun saya pribadi tidak berhubungan langsung dengan para pencari keadilan tersebut- sedikit banyak saya tahu apa yang terjadi di dalamnya. Sedikit, karena saya tidak mau ikut campur urusan orang, walo saya cukup kepo :D . 

Saya juga manusia yang penuh kekurangan. Walaupun tentunya saya berusaha sekuat tenaga untuk selalu di jalan yang benar. Berusaha selalu merasa dalam pengawasan Allah SWT. Soalnya kesannya kalo menuliskan cerita buruknya lembaga peradilan di masa lalu yang pernah saya dengar dan lihat, kesannya saya kok kezam banget membuka aib institusi sendiri yang sudah menjadi tempat bekerja, mengais rezeki,  dimana di dalamnya adalah teman-teman sendiri yang sudah dianggap layaknya keluarga.

Siapa yang tidak mau, lembaga peradilan Indonesia terjamin kebersihannya?. Masyarakat Indonesia tentu sangat mengharapkannya. Mari kita bersih-bersih bersama. Apapun yang terjadi kegaduhan di luar sana. Tetaplah menjadi sesorang yang teruji integritasnya, berkualitas dan bertanggungjawab serta profesional.


Cemangaaattt ..
Ina
"Anda kan yang mengambil uang di laci saya?"
"Uang apa pak?"
"Ngaku saja ya saudara!"
"Kok bisa saya dituduh seperti itu?"
"Ya siapa lagi kalo bukan saudara!"
"Sabar dulu pak, bisa diceritakan lebih jelas dan rinci terlebih dahulu pak?"
"Saya yakin saudara yang mengambil uang itu!. Harusnya saya kunci laci meja saya. Selama ini saya tidak pernah kehilangan barang-barang di meja dan lemari saya"
"Tenang dulu pak. Uang apa dan berapa yang hilang pak?"
"Jangan pura-pura!. Pasti saudara yang melakukannya!"
"Kenapa saya bisa dituduh melakukan itu, apa alasan saya?"
"Pasti kamu pikir uang itu uang suap ya? kamu mau ngerjain saya? itu bukan uang dari orang berperkara. Itu uang dari pak Yono. Bayar hutangnya dia. Hari ini kamu juga sempat datang ke ruangan saya. Betul kan, kamu yang mengambil?"
"Ooo begitu .. Kenapa bapak bisa menuduh saya yang mengambil? sampai datang ke rumah saya. Padahal banyak orang yang sering datang ke ruangan bapak."
"Ngaku saja lah kamu!".

Ini adalah perbincangan dari dua orang yang berprofesi sama sebagai penegak hukum. Hakim yang mulia. What do you think?

"Bapak seorang hakim. Pasti bapak tahu ada asas presumption of innocent (asas praduga tak bersalah). "Apakah bapak mempunyai bukti?"
"Alaaah .. ga usah bertele-tele. Saya sudah tahu banget watak kamu. Kamu suka bikin inovasi aneh. Sok banget. Mau jadi terkenal kamu? ga usah mengorbankan orang lain!".
"Saya tidak mengambil uang bapak. Silakan kalo bapak mau melaporkan ke pihak berwajib".
"Itu uang bayar hutangnya pak Yono tahu!. Lagian itu uang hanya 1 juta. Uang sedikit banget. Buat apa kamu ambil?"
"Kalau begitu buat apa bapak cari-cari uang itu?"
"Kalau kamu ga percaya, tanya saja sama Pak Yono!. Sekarang balikin uang saya!"
"Saya tidak tahu pak. Maaf kalau membuat bapak jengkel"
"Dasar hakim sok bersih. Mau cari muka kamu?. Kalau mau ngerjain itu jangan ngerjain saya. Itu si Rindu, Baron dan lain-lain yang suka terima duit. Mereka terima uang nya ga main-main. Enak saja. Saya ga bisa diginiin. Awas ya kamu!".
Dengan serta merta si Bapak Hakim yang marah-marah meninggalkan rumah si bapak Hakim yang satunya, bengong dalam diam. Suara gerungan mobil menderu meninggalkan rumah dinas tua itu.