Ina
Subhanallah rasa rindu itu kiaaaaan menggebu. Tak lama insyaallah tanggal 26 November ini seluruh jamaah haji dunia akan berkumpul di padang arafah untuk wukuf, hingga saat2 inilah jamaah banyak berada di Makkah untuk persiapan wukuf.
Sebenarnya, kerinduan itu mulai menggebu dari awal keberangkatan mas dan mbak saya 26 Oktober lalu, ditambah mereka pun ketemu adik yg kuliah di mesir -yg sudah 2,5 th tidak pulang- untuk berhaji. Kekangenan itu makin memuncak melihat berita2 di televisi indonesia maupun tv arab yg selalu menyiarkan shalat jamaah langsung baik dr Al haram dan Nabawi. Di saat2 seperti ini, jamaah haji sudah tumpek blek di masjidil haram, penuuuh dari lantai 1 sampai lantai paling atas, pelatarannya dipenuhi lautan manusia, subhanallah.
Jadi ingat dulu perjuangan mencari tempat shalat ketika sudah mendekati hari wukuf, menyusuri shaf-shaf sambil bilang permisi ke orang2. Alhamdulillah di tempat yg penuh itu, akhirnya pasti ketemu juga tempat shalat. Pernah suatu saat, dah berangkat awaaal banget, alhamdulillah begitu datang langsung thawaf dan bisa ngelus2 rukun yamani tiap putaran. Dapat tempat shalat, duduk dan tilawah. Tahu2 begitu dah adzan, ada orang turki seenaknya duduk persis di depan saya, yg bisa membuat saya ga bisa ruku' dan sujud, ga bisa shalat lah pokoknya. Saya protes ke dia dg hati2, namun dia tetap tak mau pergi sambil memberi isyarat its no problemo. Terpaksa eyke yang pergi dan mencari tempat lain. Di maktab saya cerita pengalaman saya, dan ternyata banyak temen2 yg berkeluh kesah ttg orang2 turki yang besar2 yang kalau thawaf, tabrakan dikit ma lengan mereka, sakitnya kerasa banget. Ya mungkin karena postur tubuh mereka baik laki2/perempuan gede dan kuat. Jadi kita orang asia yg kecil2 bisa kepental sama mereka, hehe lebay. Di hari berikutnya di masjidil haram, ketika jakan shalat jamaah saya berdampingan dengan dua orang turki. Setelah saya selesai tilawah, orang ini mengajak saya berbincang, say hello, ramaaaah banget, di akhir obrolan sebelum shalat dimulai, dia memberikan jilbab khas turki pada saya. Masyaallah, seketika hal itu semakin merubah pandangan saya terhadap orang turki kemaren. Selesai jamaah kami, berpelukan layaknya saudara yg akan berpisah. Subhanallah, Maha kuasa Allah, shg saya mengalami hal ini. Begitu banyak cara Allah untuk menegur hambanya.
Ya Allah, di saat disana pun saya, suami dan jamaah haji seKBIH dan para pembibing, tak henti2nya selalu menambahkan doa disetiap doa2 yang kami panjatkan, untuk diijinkan kembali mengunjungi haramain, mengunjungi ka'bah, ziarah nabiyyina Muhammad SAW. Ya Allah, kabulkan doa kami ya Allah ...
Label: edit post
0 Responses

Post a Comment