Ina
Ragu untuk menuliskan ini di media mana. Namun pada akhirnya saya beranikan diri untuk menuliskan di blog saya kini yang sepi pengunjung. Setidaknya, mungkin bisa saya atau anak-anak baca lagi di saat nanti. 
Sedikit panjang mungkin ...
Sedikit sedddih bila mengingat kembali di masa itu. Betapa beratnya tekanan mental di kala itu. Namun saya pribadi dan suami hanya bisa menahan. Meyakinkan bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan dan ditakutkan. Tidak terlalu banyak keluh kesah. Tapi ternyata masih ada yang saya lewatkan yang saya sendiri tidak tahu. Peristiwa "menitiknya air mata" si abi nya anak-anak, yang bahkan tidak pernah kami lihat selama ini. Betapa heroiknya si abi di mata kami, keluarganya. Jarang sekali keluhan terucap darinya. 
Sempat seorang rekan seprofesi si abi, yang menemani pemanggilan tersebut, selintas mengomentari betapa saya pasti tidak bisa membayangkan yang terjadi pada waktu itu. Yaaa.. bagaimanapun juga abi nya anak2 berterimakasih pada temannya tersebut yang sukarela ikut menemani agenda pemanggilan ke PT tersebut. Ah .. sudahlah ... kita simak saja kesaksian dari senior si abi di bawah ini.



Mas, saya sudah pertimbangkan jika nanti kita gagal, mungkin saya akan mundur dari Hakim "   kata-kata singkat itu terucap kepada saya, tak lama usai bersilaturahmi ke rumah salah seorang mantan Ketua Mahkamah Agung RI. Dengan agak kaget, lalu saya jawab " Jangan mas, institusi kita membutuhkan orang-orang seperti sampean..bayangkan jika orang-2 berintegritas justru keluar dari institusi sepenting ini, apa sampean mau MA dan badan peradilan diiisi orang-orang gak bener ? ". Atas jawaban saya itu, saya lirik ke raut mukanya, matanya tajam menerawang ke depan seolah menyimpan banyak kegundahan.

Gagal yang dimaksud dalam kata-kata dia tersebut adalah jika Presiden ( Pemerintah ) tidak mau memenuhi tuntutan pemenuhan Hak-hak konstitusional Hakim. Sebagaimana "dead line" yang sudah ditentukan oleh para pencetus gerakan, maka tangggal 16 Agustus 2012 adalah special moment yg mendebarkan, akan tetapi sekaligus menjadi beban berat bagi dia. Saat itu saya sangat bisa memahami betapa dia punya beban berat itu. Sebagai pencetus awal gerakan aksi Mogok Sidang, maka semua penjuru mata angin memusatkan perhatian ke dia. Apa yang akan dilakukan seandainya target tanggal 16 Agustus 2012 tidak tercapai saat itu. Dengan sedikit argumentasi yang saya bangun, waktu itu saya berusaha membesarkan hati dan semangat dia, saya katakan bahwa Presiden ( Pemerintah ) pasti akan memenuhi tuntutan kita.

Beberapa bulan kemudian, kenyataan itu hadir..malam hari tanggal 3 Januari 2013 rekening-ku bertambah sesuai dengan rincian besaran gaji dan tunjangan baru. Tak terasa dan seketika ingatanku melayang ke sosok-nya dan perbincangan singkat itu. Ingat bagaimana ketika sebulan sebelum tanggal 9 April 2012 itu, komunikasi saya dengannya begitu intensif hingga kemudian muncul postingan fenomenal Rencana Aksi Mogok Sidang yang dicetuskannya...ingat ketika dia menyampaikan kabar diperiksa KPT/WKPT Banda Aceh..ingat ketika dia mengungkapkan sampai menangis ketika menjelaskan maksud gerakan kepada WKPT-Banda Aceh..ingat ketika dia begitu polos mengajukan interupsi yg keras saat audiensi dgn pimpinan MA dan IKAHI, terngiang-ngiang saat dia disebut sebagai "provokator "..ingat ketika dia "mengambil tanggung jawab" untuk diinterogasi sendirian di ruang Ketum IKAHI di hadapan beberapa Pengurus Pusat IKAHI. Waktu itu saya tanya " Mas, saya jam 1 ada sidang, jadi klu sampai jam 1 kita belum dipanggil masuk, terpaksa sampean menghadap sendiri ya, berani kan ? "..jawabnya singkat " gak apa-apa mas, tenang aja " dan memang kulihat sorot matanya tidak menunjukkan kekhawatiran sedikit pun. Lalu kira-kira jam 2 siang, usai sidang kucari dia di ruang "interogasi " tadi, ternyata dia sudah selesai "diinterogasi".." bagaimana mas ? " tanya saya khawatir..luar biasa jawabannya " Tidak ada apa2 mas, biasa aja ".

Bayangkan, seorang Hakim muda dengan penuh keyakinan dan keberanian memperjuangkan hak-hak banyak orang dengan resiko besar, pada saat di mana berbeda pendapat atau menyampaikan gagasan tentang hal yg baik di lingkup kantornya saja sudah pada takut. Dan ketika resiko itu datang, dia dengan tenang menghadapinya..dia tidak balik badan..dia tidak tiarap menyembunyikan ambisi seperti yang lainnya.

Lalu apa yang membuat dia begitu berani dan yakin akan langkah-langkahnya ? Jawaban yang bisa saya peroleh adalah karena dia merasakan kegelisahan yang luar biasa. Gelisah atas nasib dirinya, gelisah atas nasib teman-temanya para Hakim seluruh Indonesia..gelisah atas carut marut dunia peradilan..dan kegelisahan itu dia wujudkan dengan gagasan2 besar. Dia ajak teman2nya untuk berhimpun dalam gerakan Rindu Hakim Bersih dan Profesional...dan ketika dia dapati kenyataan bahwa persoalan kesejahteraan Hakim adalah salah satu faktor yang membuat carut marut Hakim dan Badan Peradilan, dan ketika Negara abai terhadap itu semua..maka meledak-lah bendungan kesabarannya...dia putuskan untuk berjuang dengan siap segala resiko.

Saya yakin kegelisahan-kegelisahan seperti yang dirasakannya adalah kegelisahan semua Hakim Indonesia..akan tetapi yang berani untuk mengungkap dengan sikap tegas  sangat sedikit, dan dia salah satu Hakim muda yang berani melakukannya. Dibalik sikapnya itu, setelah tujuan dipenuhi Pemerintah, maka sebagai ucapan terima kasih kepadanya, maka menurut saya adalah dengan membantu meringankan dan menghilangkan kegelisahan-kegelisahannya selama ini...dengan menjadi Hakim yang Bersih dan Profesional !!!



-------^---------^--------^----------


Tepat 29 Februari 2012 adalah kelahiran Ahza, anak no 3 kami. Tak lama dari peristiwa membahagiakan itu. Di saat Ahza kecil butuh perhatian yang lebih, si abi bolak balik ke Aceh - Jakarta, untuk melakukan konsolidasi, dengan teman se profesi maupun pihak-pihak penting yang terkait. Tak sedikit yang mencemooh, menjudge dia dan kawan2 yg se-misi, dengan sebutan yang tidak kami bayangkan sebelumnya. Namun, dukungan juga banyak mengalir, khususnya dari satker kami di kala itu. Yang menyedihkan, ternyata pimpinan tingkat banding dan pusat tidak merestui. Gerakan ini ibarat sebuah pemberontakan, ilegal, tidak ber-etika, sok pahlawan, terlalu maju padahal pengalaman masih balita etc.
Bahkan, nasehat dari keluarga kami muncul, agar tidak melanjutkan 'gerakan' ini. Mengingat kecintaan kita kepadanya, jangan mau begitu saja dijadikan tumbal, dijadikan korban, walau mungkin tujuan dan misi 'gerakan' ini demi kebaikan bersama. Mungkin itu juga nasehat2 keluarga dari teman2 se-team-nya yang kompak bergerak bersama mewujudkan misi demi peradilan yang agung, bersih dan profesional.
Tahun 2012 sudah lewat ... kesalahpahaman di kala itu, dengan berjalannya waktu mulai terbuka. Beberapa kalangan sudah mulai menghilangkan buruk sangka terhadap para team inti gerakan ini. Tetapi, mungkin masih ada yang berpikiran berbeda dari para petingi-petinggi di sana ... entahlah..

Yang masih teringat di kala itu, di akhir tahun 2012, beberapa waktu setelah hasil TPM keluar, tiba-tiba KPT Banda Aceh pada waktu itu mengubungi by phone si abi. Mengucapkan selamat dan bersyukur atas hasil mutasi tersebut. Karena beliau memperkirakan, mungkin si abi akan dimutasi di daerah papua dan atau jauh dan terpencil. Wow ... padahal saya pribadi seketika menangis melihat hasil TPM di website dikarenakan harapan untuk bisa pindah dekat dengan keluarga di Jawa Tengah. Well.. setidaknya kami ucapkan teriamkasih atas atensi pak KPT.
Sekarang .. tinggal cerita ...  seru juga kalo dikenang walo sedikit menyedihkan.
Semoga ke depan, harapan2 kami beserta keluarga bisa segera terealisasi.
Amiin ..
Ina

*ditonton Pada hari kamis, 21 Januari 2016, di 21 binjai jam o9.05 pm*
Sepertinya terlalu banyak harapan saya terhadap film itu ... sebuah novel yg ditulis oleh penulis legendaris HTR yang penuh idealisme ...
Saking tingginya ekspektasi saya thd film itu hingga berkesimpulan ...
Dan ... ternyata bikin film itu tidak mudah ...
*ya iyyalaaah ...
Lebih gampang komentar dan mengkritik. Yaa seperti yang akan saya lakukan sekarang. Semata2 karena saya cinta terhadap kemajuan film dakwah, khususnya dalam hal ini kmgp.
♡Kenapa siih film ini dibikin nanggung?
Kalo mau dibikin 2 kali tayang itu mending semacam sequel aja. Film pertama musti punya ending yg jelas. Nah baru ntar film yg kedua dibikin lagi dengan konflik yg lebih menantang lagi.
Misal, yg kmgp 1 endingnya sampe mas gagah meninggal. Nah terus kmgp 2 nya ntar ttg perjuangan gita tanpa kehadiran mas gagah secara riil, tapi sosoknya masih selalu mendampingi dalam perjalanan hidupnya. Shg kemudian bertemu dg profil mas gagah dalam sosok orang lain.
(😆😆😅gampang banget ngomong)
Masih banyak misteri & pertanyaan2 yg muncul dalam film ini. Mungkin memang disengaja. Biar ikut nonton lagi yg kmgp 2. Tapi setidaknya jangan kayak sinetron yang tahu2 ada tulisan to be continued...
♡Adegan teaternya terlalu lama. Oke... maksudnya pengen memberi pesan ttg pentingnya peduli terhadap palestine dan menjawab issue di masyarakat yg mengatakan bahwa lebih baik urusin dulu negeri sendiri. Sampe kok pesannya. . Cuma si pemeran yudi nya dialognya terlalu lama. Malah kayak nonton teater beneran sampe ikut ber urat denger si yudi teriak2. Nah kalo Akting shiren sungkar bagus ga teriak2 jadi ga cape dengernya.
♡Pemilihan matias mucus sbg kyai kurang dapet. Sorban yg dipake di kepala kurang pas gitu. Kayak di peniti in. Hihi comment ga penting bangett😅
Terus krn ceritanya yg nanggung di seri 1 ini malah mengesankan sosok kyai yang ga bisa memahami anak. Kurang bijaksana.
♡Saya mencoba memahami mbak HTR yang tidak rela kalo mas gagah diperankan oleh sembarang orang. Tapi yah namanya mas gagah (hamas) bukan aktor profesional. Wajaaar kalo masih ada kurangnya dalam memerankan mas gagah. Tu dah cukup bagus lah untuk seorang pendatang baru.
♡Sebenernya saya juga berusaha memahami, mungkin untuk sutradara dan penulis skenario nya yang mungkin belum lama banget malang melintang di dunia perfilm an yaaa... sudah cukup laah.
♡tokoh gita udah cocok banget. Ga lebai. Teman2nya pun oke.
♡Film ini punya cameo yg paling banyak sepanjang sejarah.
♡bagusnya lagi, di film ini tetap menjaga batas2 sesuai aturan agama. Walo Hamas berperan sbg seorang kakak dan anak tetapi tdk ada sentuhan dengan wulan guritno dan gita. Dan itu tidak mengurangi esensi perannya.
♡Ada lucu2nya juga.
♡Banyak pesan agama dan sosial.
Yaaah ... saya siih walo agak2 gimana gitu juga insyaallah tetep nonton Kmgp 2 kok...
Oke ditunggu kmgp 2 nyaaa...
Kayaknya sengaja mmg dibikin gitu, biar kita nantinya bakalan terkesaaaaan buanget sama kmgp 2.




dipost ulang dari facebook dalam rangka keikutsertaan lomba review kmgp yang bersumber dari 
 www.flp.or.id dan web KMGP:www.kmgpthemovie.com