Ina
Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un
Telah berpulang ke rahmatullah Abdul Halim bin Abdush Shomad
Pada hari Minggu, 6 April 2008
Suami dari mbak Nafi (kakak ipar Ina)
Semoga segala amal-amal beliau diterima oleh Allah SWT dan diampuni segala dosa2nya


Beliau meninggalkan seorang istri dan 2 anak, Muhammad Hasan (3,5 tahun) dan Fatimah Azzahra (1,5 tahun). Semoga Allah memberikan ketabahan, ketegaran dan kekuatan. Hanya kepada Allah kita mohon perlindungan dan doa, dan hanya kepada Allahlah kita berserah diri.

Manusia hanya bisa berencana, namun Allah lah Sang Maha penentu. Sama sekali tidak menyangka akan kehilangan begitu cepat seorang Mas Halim. Kakak ipar Ina, Pernikahan mereka barulah berjalan 6 tahun. Sosok yang baik dan selalu penuh dengan husnudzon. Yah, sifat husnudzon sangat menonjol pada beliau. Beliau insyaAllah berpulang dalam keadaan khusnul khotimah, ketika beliau sedang dalam perjalanan menunaikan maisyah untuk keluarga tercinta. Senyum menghiasi wajahnya di saat terakhir. Para penta'ziah pun tak terbendung. Mereka tak sekedar datang berbela sungkawa, tapi ikut menshalati jenazah. Banyak kyai-kyai besar dan ulama yang ikut serta turut hormat di saat terakhir. Semoga hal ini menjadikan keluarga yang ditinggalkan untuk semakin ridlo dan ikhlas akan suratan takdir ini. Selamat jalan Mas Halim ...
Ina
maAlhamdulillah wa syukurillah, kita sekeluarga sudah sampai di Liwa, Lampung Barat tanggal 21 Maret kemaren. Setelah menyelesaikan segala hal termasuk SK pindah, berkas2 kepegawaian, gaji dan uang insentif terakhir. Waaah banyaaak banget cerita yang ingin dibagi niiih. Yook dilanjut …
Nah sebelum sampai di Liwa pada hari jumat magrib, seninnya ada sedikit ceremonial pisah2an dari temen2 di ruangan. Duh miss u all guys … disini sepi bangett. Ga ada celotehan2 lucu dan banyolan kalian.



Tanda Cinta & kenang-kenangan dari temen2




Tak lama pasca kedatangan kami di Liwa, sang abi tercintrong bak seorang guide mengajak kami keliling kota. Padahal keadaan rumah kami seperti kapal pecah, sepertinya tidak cukup 1-2 hari untuk merapikan semuanya. Alhamdulillah keadaan Nabila dan kami sehat serta baik-baik saja. Especially saya sendiri rasanya exited aja menghadapi pengalaman baru, daerah baru, kantor baru, teman2 baru dll. Walau dalam perjalanan menuju Liwa, saya dibuat terkaget2 sekaligus sebel dengan jalannya yg berliku2, bahkan Nabila sampai muntah2, secara jalan menuju gunung gituh loh. Sesampainya pun makin kaget dengan airnya yang sedingin es, brr … dingiinnn. Oh no … but I believe sooner or later I will get used to it. Well, apa mau di kata setidaknya kita mungkin 3 tahun tinggal di sini.
Di sini kita bertemu dengan banyak saudara baru, temen2 kantor dan keluarga mereka yang kebanyakan juga sesama perantauan, di tugaskan di Kota ini karena tugas Negara. Bersilaturahmi ke rumah2 mereka membuat saya sadar, bahwa banyak keluarga yang bernasib sama seperti kami, berpindah2 dari satu kota ke kota lain di penjuru nusantara ini. Banyak masukan dari pengalaman2 mereka yang membuat saya mangambil napas panjang dan membuat relung hati ini tersenyum. Senangnya … inilah rupanya hal lain yang bisa saya dapatkan disini. Lalu bagaimana dengan Nabila? Coba tanyakan padanya betah ga ya dia disini? Yang jelas dia baik2 saja kok, ikut serta menikmati suasana baru ini. Namun yang tidak bisa dipungkiri adalah situasi baru ini, menyebabkan Nabila semakin nempel kayak lem sama emaknya, ga mau pisah samsek. Bahkan di sekolah barunya pun sepertinya prestasinya jadi kurang bagus, padahal di hari pertama sekolahnya cukup membuat saya bangga. Di hari2 berikutnya Nabila jadi suka seenaknya dan ga nurut ibu guru, sukanya nempeeel terus sama umminya. Jadi seddiih … dan capek … Saya mencoba untuk menyelami alam pikiran Nabila, semua ini mungkin dikarenakan dia belum punya teman dekat seperti teman2nya di Tangerang dulu. Doakan ya, semoga hal ini cepet berlalu.Kalo dihitung2 kami baru sekitar 2 minggu-an di sini. Nabila sudah hapal ‘ruangannya’ tiap kami baru tiba di kantor, secara Nabila ngikut di mana pun daku berada. Kami sudah merasa akrab dengan Pak Haji pemilik toko kelontong langganan kami, hehe hampir setiap hari kami datangnya ke tempatnya. Pak Haji akan menyapa Nabila dengan sebutan cucung, disambut dengan ketawa Nabila yg ngakak sekaligus geli mendengar nama panggilan yang asing untuknya. Oia, kita juga sudah melakukan perjalanan wisata ke pantai Krui lho. Baguuus banget pemandangannya, tapi ya itu ‘tidak sebagus’ perjalanannya, penuh dengan kelok2, gunung gituh lhoh. Jadi jalanan aspal itu bagai membelah gunung. Bagus di pandang mata, tapi perut rasanya sedikit mual. Anehnya, walo perjalanan ke Krui Cuma 1 jam, tapi udara dan airnya biasa, tidak sedingin di Liwa.




Waaah, kapan2 cerita lagi deh ttg segala hal di Liwa. Tentang jalannya, jualannya, orang2nya, angkotnya, pasarnya dll. Oh iya tentang kantor baru juga, lengkap dg temen2 kantor dan pak boss yg baik2. Alhamdulillah … jadi intinya adalah kita mulai menikmati hidup baru di sini. Kalo kata Santi “selamat menikmati hidup baru”, kyk penganten baru ajah. Sekali lagi, terimakasih atas support dan doa teman2 semua. Love and miss u all …